Inilah 10 Kisah Menyeramkan dari Rumah Duka dan Krematorium

Inilah 10 Kisah Menyeramkan dari Rumah Duka dan Krematorium 


Inilah 10 Kisah Menyeramkan dari Rumah Duka dan Krematorium
Rumah duka dan krematorium kerap dihindari orang, kecuali kalau ada keperluan kedukaan kerabat atau orang lain yang dikenal. Atau ketika kita yang berada dalam peti matinya.

Dikutip dari Listverse.com pada Rabu (29/6/2016), selain membayangkan hal-hal menyeramkan, ternyata memang ada cerita-cerita horor terkait dengan rumah duka dan krematorium yang ternyata dilakukan oleh mereka yang masih hidup.

1. Bobby Wilks

Pada 1988, Bobby Wilks (saat itu berusia 51 tahun) telah menjadi direktur untuk Barber Funeral Home di Cross Plains, Tennessee, selama lebih dari 20 tahun.

Di tempat pemakaman, Wilks mengusulkan kepada para kerabat yang berduka untuk tidak usah menyaksikan penurunan peti mati karena bisa menyedihkan.

Kebanyakan keluarga mematuhi anjuran.

Pada Oktober 1988, Wilks memberikan anjuran yang sama. Para pengusung peti menyingkir walaupun mereka tetap memasang mata. Mereka kemudian menyaksikan Wilks melempar sejumlah pot berisi bunga ke dalam liang kubur tapi tidak memasang tutup atas pelindung peti yang dibayar $375 ($761,53 nilai tahun 2016, Rp 10 juta) oleh kerabat yang berduka.

Mereka melaporkan kepada polisi dan Wilks diringkus. Setelah tersiarnya kabar penahanan Wilks, keluarga-keluarga lain ikut mengadukannya. Satu-satunya cara memeriksa tuduhan adalah dengan mengangkat kembali jenazah yang dimakamkan oleh Wilkes. Ada 30 makam yang dibongkar.

Seperti kasus yang diadukan pertama kali, beberapa jenazah dikuburkan tanpa tutup dan tersingkaplah sejumlah hal yang lebih parah lagi. Setidaknya 10 peti mati dijejali dengan botol-botol, popok bekas, kaleng bekas makanan anjing, dan kantong-kantong rambut.

Setidaknya ada dua peti mati yang dikuburkan miring pada sisinya dan ada satu peti dengan tangan yang mencuat keluar. Diduga, Wilks tidak menurunkan peti sebagaimana seharusnya, tapi melemparkan begitu saja.

Tapi para kerabat beruntung masih menemukan peti-peti itu. Ada satu jenazah yang dikuburkan tanpa peti. Seorang penggali makam yang membantu mengangkat jenazah mengatakan bahwa Wilkes seperti marah kepada orang mati. Para Oktober 1989, Wilks mengaku bersalah atas 48 dakwaan berbeda dan dipenjara 28 tahun 11 bulan.

2. Juragan Jenazah dari Broward County

Pada 1977, Joseph Damiano memulai bisnis angkutan jenazah di Florida selatan. Ia mendapat sejumlah kontrak besar dan memegang monopoli di pasaran. Setelah beberapa tahun, bisnis angkutan diperluas dengan bisnis jasa kremasi.

Kemudian pada 1990-an Damiano menghadapi sejumlah gugatan. Pertama pada 1994, saat seorang wanita menggugat Damiano karena percaya abu jenazah suaminya tercampur dengan abu jenazah orang lain.

Dalam pengadilan, beberapa mantan pegawai bersaksi bahwa abu dari beberapa jenazah berbeda memang seringkali dicampur. Secara khusus, ada perintah untuk menambah abu kremasi bayi karena tidak banyak abu jenazah yang dihasilkan dalam proses itu.

Ia digugat dengan tuduhan yang sama pada 1998, ketika anak perempuan Heather Smith dikremasi di layanan Damiano. Dalam dengar pendapat kasus anak kecil berusia 5 tahun itu, Damiano tidak datang untuk membela diri.

Dalam kasus lain, Damiano dituduh menghilangkan seluruh abu jenazah seorang wanita. Bahkan ada tuduhan lain yang mengatakan Damiano tidak menebarkan abu, hanya membuangnya di belakang krematorium atau di tempat parkir.

Di semua kasus sipil itu Damiano kalah dan diperintahkan untuk membayar $39 juta ($57,48 juta nilai 2016, Rp 757 miliar) kepada semua pihak yang pernah ditelikungnya. Tapi tidak banyak yang bisa diambil oleh penggugat karena tidak ada properti atas nama Damiano. Ia mendaftarkan semua bisnis dan properti atas nama orang lain.

Pada 2001, ada penyidikan tentang layanan pemakaman di Florida. Karena Damiano masih banyak utang gugatan, ditambah dengan denda $15 ribu ($20 ribu untuk 2016, Rp 268 juta) yang harus dibayar ke pemerintah federal, Damiano langsung menjadi perhatian.

Mereka memeriksa bisnisnya dan terungkaplah bahwa Damiano tidak memiliki izin untuk menjalankan tungku pembakaran. Lalu terkuaklah temuan lain yang mengejutkan. Damiano secara tidak sah menyewakan sekitar 600 jenazah ke sekolah pembalseman tanpa sepengetahuan kerabat dengan pembayaran $110 untuk setiap jenazah.

Dalam setidaknya 2 kasus, dua jenazah Yahudi dibalsem, padahal itu dilarang dalam ajaran Yudaisme.

Pada Maret 2001, kegiatan Damiano ditutup dan ia ditangkap dengan tuduhan penipuan dan berkegiatan tanpa izin. Belum kapok, pada Mei 2016 namanya muncul lagi karena menjalankan layanan kremasi secara daring di Colorado dengan nama Heritage Cremation Provider and Legacy Funeral Services.

Para pengguna jasa mengatakan bahwa abu kerabat ditangani secara sembrono dan, dalam beberapa kasus, perlu waktu berbulan-bulan untuk mendapat kembali abunya. Ada beberapa orang yang menuduhnya menahan abu jenazah kerabat demi uang tebusan.

3. Mark Calebs

Kabar tentang orang yang mencuri dari rumah duka bukan hal yang tidak biasa, apalagi kisah Mark Calebs ini. Sesaat setelah tengah malam pada 27 Juni 1998, seorang pegawai rumah duka di London, Kentucky, mendengar adanya upaya penerobosan.

Bersama rekannya, mereka melihat-lihat dan sepertinya tidak ada yang hilang sampai akhirnya mereka tiba di peti mati Brittany Rae Bradley. Anak berusia 9 tahun itu meninggal setelah berjuang melawan kanker langka selama 2 tahun.

Malam itu, rumah duka baru saja mengadakan perkabungan baginya. Ternyata, celana dalam anak itu hilang. Keluarga Brittany Rae Bradley menuduh Mark Calebs (31), sepupu almarhumah, sebagai pencurinya.

Polisi menggeledah tempat tinggal pria itu dan menemukan celana dalam yang hilang. Lega, tidak ada tanda-tanda penistaan seksual pada jenazah Brittany Rae Bradley. Calebs kemudian disangkakan dengan sejumlah dakwaan.

4. Mark Villella

Pada Agustus 1999, direktur pemakaman bernama Mark Villella menemukan sesuatu yang tidak pernah diharapkan oleh seorang suami di manapun, yaitu surat cinta dari istrinya kepada kekasih gelap.

Beberapa hari sesudahnya, Mark dan Exelee (28), istrinya yang telah dinikahinya selama 2 tahun, memperbincangkan hal itu dan kerap menjadi tegang. Pada 5 Agustus malam, Exelee menelepon kakaknya guna mengadukan perkelahian pasutri itu. Saudara perempuannya menjadi khawatir ketika adiknya tidak menelepon lagi.

Rekan-rekan kerja Exelee merasa ada yang tidak beres karena wanita itu tidak datang ke tempat kerja dan Mark tidak mencari-carinya -- seperti kebiasaan kalau pria itu sedang dibakar rasa cemburu.

Tiga hari setelah Exelee menelepon saudara perempuannya, polisi mewawancarai Mark dan ia mengaku mereka bertengkar. Ia menceritakan kepada polisi bahwa istrinya hengkang tak tentu rimbanya.

Kerabat merasakan kejanggalan karena Exelee tidak membawa bayinya yang masih berusia 18 bulan dan mobilnya masih di rumah. Polisi memeriksa hilangnya wanita itu, menuju suatu kesimpulan yang cukup mengerikan.

Di hari yang sama dengan hari mereka melakukan wawancara, Mark sedang bertugas melakukan pemakaman peti mati tertutup bagi Marjorie Hutchinson (89). Polisi menduga Mark menyertakan mayat Exelee dalam peti mati Hutchinson dan menguburkannya bersama-sama.

Tiga minggu setelah hilangnya Exelee, mereka menantang Mark dan mengatakan akan menangkat peti mati Hutchinson.

Pria itu kemudian mengaku menikam Exelee ketika sedang tidur. Mark tidak ingin menjalani proses cerai yang mahal dan tidak ingin berbagi perwalian anak lelaki mereka. Ia mengaku bersalah dan diganjar 30 tahun dalam penjara.

5. Anthony Parisi

Pada Juli 1986, Anthony Parisi meninggal pada usia 83. Almarhum adalah seorang dari beberapa pendiri sebuah toko grosir di Mount Vernon, New York. Ia meninggal secara alamiah dan jenazahnya dibaringkan di Yannantuono Funeral Home, juga di Mount Vernon.

Pagi tanggal 26 Juli, para pegawai rumah duka berdatangan untuk mempersiapkan jenazah. Ketika mereka melihat ke dalam peti, kepala jenazah sudah raib.

Polisi mendapat laporan dan mereka menduga ada seseorang datang tengah malam, menerobos ke dalam rumah duka, dan menggunakan pisau cukur atau pisau bedah untuk memenggal kepala tersebut. Setelah lepas, kepala itu dibawa kabur.

Tidak ada benda lain apapun yang hilang atau rusak. Tidak ada tanda-tanda masuk secara paksa. Polisi kebingungan dengan kasus ini. Mereka tidak bisa menduga orang yang mencurinya, alasannya, atau apa yang kemudian terjadi kepada kepala itu karena tidak pernah ditemukan hingga sekarang.

6. Julie Mott

Pada 15 Agustus 2015, teman dan kerabat Julie Mott menghadiri ibadah duka di rumah duka San Antonio, Texas. Seandainya masih hidup pada tanggal itu, usianya 26 tahun, tapi ia kalah melawan penyakit cystic fibrosis sepekan sebelumnya. Ia mendapat diagnosa penyakit yang memperpendek umur itu ketika masih berusia 2 tahun.

Pemakaman seharusnya menjadi bagian pemulihan bagi kerabat, tapi malah menjadi mimpi buruk. Sesaat setelah ibadah kedukaan, tapi sebelum rumah duka tutup, seseorang mencuri jenazah Mott dari dalam peti mati. Tidak pernah ditemukan lagi.

Polisi tidak bisa memastikan siapa yang mencuri jenazah wanita muda yang cantik itu. Mereka memiliki sejumlah teori. Salah satu teori adalah bahwa kekasihnya yang terobsesi telah mencurinya. Ia adalah orang terakhir yang terlihat keluar dari kapel.

Polisi menggunakan anjing pelacak untuk menggeledah mobil, rumah, serta beberapa properti milik kakek nenek pria itu. Nihil. Ia tidak pernah disebut secara umum oleh polisi dan tidak pernah disangkakan kejahatan apapun.

Suatu teori lagi dikemukakan oleh pemilik rumah duka, Robert "Dick" Tips. Menurutnya, jenazah dicuri oleh seseorang yang secara moral keberatan dengan kremasi.

Teori lain lagi adalah bahwa rumah

duka itu mungkin terlibat dengan raibnya jenazah. Pada Januari 2016, keluarga Mott menggugat rumah duka karena kelalaian besar.

Sang mantan kekasih juga menyalahkan rumah duka. Ia mengatakan bahwa pihak rumah duka kehilangan jenazah Mott atau telah dikremasi secara prematur.

Dalam bantahan pihak rumah duka, Tips mengemukakan bahwa ia membantu mengatur pencarian dalam beberapa minggu pertama hilangnya jenazah itu dan menawarkan hadiah $20 ribu (Rp 263 juta)untuk informasi keberadaan jenazah.

7. Robert Winston

Banyak orang melakukan bisnis rumah duka karena merupakan bisnis keluarga. Lain dengan Robert Winston memulainya pada usia 49 tahun setelah pensiun sebagai tukang listrik.

Sewaktu masih menjadi tukang listrik, ia terkena asbestosis dan mendapat ganti rugi dari perusahaan asbes, lalu bersekolah untuk menjadi direktur rumah duka.

Winston lulus ujian pada 1991. Pada 1993, ia membuka Newman-Winston Memorial Chapel di McKeesport, Pennsylvania, menggunakan uang ganti rugi yang diterimanya. Masalahnya, dia bukan seorang pengusaha ulung. Ia tidak terlalu bagus menagih ratusan ribu dolar yang menjadi haknya dan, pada akhir 2000, ia mengalami masalah besar keuangan.

Salah satu pemasukan tetap berasal dari Magee-Women’s Hospital. Tugas Winston adalah melakukan kremasi pada janin dan bayi yang meninggal sewaktu lahir. Masalahnya, ia menerima uang dari rumah sakit dan membayarkan tagihan lain sehingga ia tidak bisa melakukan kremasi dan malah menyimpannya dalam rumah duka.

Pada Maret 2004, izin usahanya ditangguhkan selama 3 tahun karena menjalankan rumah duka tanpa lisensi dan tidak memberitahukan kepada negara bagian bahwa ia menjual rencana pengaturan pemakaman.

Karena tidak punya izin, ia tidak punya pemasukan dan rumah duka itu disita. Ketika diusir dari sana, ia membawa jenazah-jenazah bayi ke garasi rumahnya. Pada Agustus 2005, mantan istrinya melapor kepada polisi bahwa Winston menyimpan jenazah dalam garasi rumahnya.

Polisi menggeledah garasinya dan menemukan 179 jenazah janin dari ibu berusia kehamilan lebih dari 16 minggu, 154 janin dari ibu yang berusia kehamilan kurang dari 16 minggu, 253 wadah berbahaya berisi bekas-bekas otopsi janin, dan 19 jenazah bayi yang baru lahir tapi meninggal beberapa hari kemudian.

Menurut polisi, semua itu berasal dari rumah sakit antara tahun 2000 dan 2002. Winston kemudian ditangkap dan didakwa dengan 19 dakwaan penistaan jenazah serta pencurian. Ia mengaku bersalah dan menjalani hukuman percobaan.

8. Biomedical Tissue Services

Michael Mastromarino adalah seorang ahli bedah gigi, tapi kehilangan izin pada 2002 karena menggunakan obat infus selagi sedang mengerjakan gigi seorang pasien.

Bisnis berikutnya adalah perusahaan sendiri bernama Biomedical Tissue Services di kota Fort Lee, New Jersey. Perusahaan itu mengambil tulang dan jaringan dari mayat untuk digunakan dalam implan gigi. Walau terdengar menyeramkan, hal ini sebenarnya lazim dilakukan.

Banyak orang mengetahui bahwa dokter mengambil organ dari orang yang masih hidup dan melakukan transplantasi organ itu pada orang lain. Tulang dan jaringan tertentu tidak harus segera dipakai, sehingga bisa diambil di rumah duka, beberapa jam setelah kematian, dengan empat syarat tertentu.

Pertama, agar perusahaan itu boleh melakukan 'panen' organ jenazah, mereka harus mendapat izin dari yang bersangkutan sewaktu masih hidup atau dari anggota keluarga. Kedua, orang itu tidak pernah memiliki penyakit menular. Ketiga, ia tidak boleh terlalu tua. Terakhir, kematiannya belum lebih dari 15 jam.

Syarat yang terdengar masuk akal, namun diabaikan semua oleh perusahaan Mastromarino. Ia menggunakan perantara dan membayar $1000 (Rp 1,3 juta) untuk setiap jenazah. Ia lalu mengirim tim 3 orang untuk melakukan 'panen'. Tidak ada kerabat korban yang mengetahui hal ini.

Salah satu jenazah yang dikerjakannya adalah jenazah Alistair Cooke, mantan pembawa acara Masterpiece Theater di stasiun televisi PBS. Ia meninggal dalam usia 94 tahun dan pernah menderita kanker, tapi tetap saja tulang lengan dan kakinya diambil.

Dari setiap jenazah, Mastromarino mendapat untung $10 hingga $15 ribu untuk setiap jenazah. Ia telah melakukan "panen' dari 1.076 jenazah, jelaslah ia menjadi seorang jutawan.

Masalahnya, orang menjadi sakit karena transplantasinya. Ada seorang pria usia 23 tahun yang harus dibedah untuk perbaikan ligamen sobek pada sendi dengkul. Ia mendapatkan tulang rawan dari jenazah yang sudah mati selama 19 jam. Dalam tambahan waktu setelah kematian itu, jamur sempat berkembang di tulang rawan, dan menjadi infeksi ketika ditanam pada penerimanya.

Ada seorang wanita berusia 74 tahun yang mendapat implan tulang untuk punggung bagian bawah dan malah tertular sipilis dari implan. Seorang pria berusia 41 tahun teruji positif HIV dan hepatitis C setelah mendapat implan tulang untuk suatu penyakit terkait usia.

Dan masih banyak lagi. Dampak sebenarnya mungkin tidak akan pernah diketahui karena Mastromarino membanjiri pasar dengan tulang dan jaringan tercemar yang telah ditanam pada lebih dari 10 ribu orang.

Semua mulai terungkap pada November 2004 ketika New York Police Department diminta datang ke suatu rumah duka yang pernah dimiliki oleh seorang direktur pemakaman di bawah Mastromarino.

Setelah penyidikan panjang, polisi menangkap Mastromarino, tiga orang bawahannya, dan tiga direktur pemakaman, terkait dengan komplotan pelaku 'panen' jenazah.

Mastromarino diganjar 18 hingga 54 tahun penjara. Istrinya sepakat membayar $4,6 juta ($ 5,85 juta nilai 2016, Rp 77 miliar) kepada keluarga-keluarga yang pernah terhubung dengan jejaring Mastromarino. Pria itu meninggal karena kanker hati metastatis pada Juli 2013, di usia 49 tahun.

9. Walter dan Helen Pestinikas

Pada Maret 1982, Joseph Kly (90), seorang pensiunan penambang batu bara penderita paru-paru legam, pergi ke sebuah rumah sakit di Scranton, Pennsylvania karena sulit menelan. Ketika berada di rumah sakit, ia membuat pengaturan pemakaman dengan Walter dan Helen Pestinikas, pemilik rumah duka setempat.

Setelah dirawat selama 4 minggu di rumah sakit, bukannya pulang ke rumah bersama putra tirinya, Kly malah tinggal bersama pasangan Pestinikas yang keduanya berusia 60-an.

Kly ditempatkan di area patio yang telah diubah di bekas bar milik pasangan itu di Scranton. Dua setengah tahun kemudian, pada 15 November 1984, Kly ditemukan meninggal dalam bar. Pihak yang berwenang dipanggil dan jenazah Kly dibawa ke dokter.

Pihak berwenang juga memperhatikan bahwa area tempat tinggal Kly selama 2,5 tahun terakhir "tidak pantas untuk tempat tinggal manusia". Tidak ada pendingin, tidak ada toilet, tidak ada insulasi. Tinja manusia bertebaran dalam ruangan kecil itu.

Jenazah Kly diperiksa dokter dan ketahuan bahwa Kly kelaparan serta menderita dehidrasi parah. Ia juga tidak makan dalam beberapa hari sebelum kematiannya. Jelas terlihat, karena berat badannya saat meninggal hanya 28 kg.

Karena Kly telah membayar pengaturan pemakaman kepada pasangan Pestinikas, dokter mengembalikan jenazah kepada pasangan untuk kemudian dikuburkan. Polisi mengatakan bahwa pihak keluarga memiliki keputusan final tentang siapa yang menguburkan jenazah.

Kly tidak mempunyai banyak saudara dan merekapun tidak sanggup membiayai pemakaman sehingga lagi-lagi mereka mengirimkannya kepada rumah duka milik pasangan yang membiarkan Kly kelaparan.

Enam hari setelah Kly dilaporkan meninggal, polisi kembali ke ruangan tempat tinggalnya dan mendapati ruang itu telah dibersihkan serta dicat ulang oleh Pestinikas. Lalu ada alat bantu jalan yang sebelumnya tidak ada di ruangan itu.

Pasangan Pestinikas kemudian ditahan dengan tuduhan telah menyandera Kly, mencuri uangnya, dan membiarkannya kelaparan. Ketika Kly pindah ke sana, ia memberikan akses rekening bank yang saat itu berisi $35 ribu ($ 87 ribu nilai 2016, Rp 1,15 miliar) kepada Helen Pestinikas. Ketika meninggal, isi rekening tinggal $55 ($ 127,7 nilai 2016, Rp 1,67 juta)

Pasangan Pestinikas membela diri dan mengatakan bawha Kly memang sudah tua, anoreksik, dan menderita paru-paru legam serta beberapa kondisi medis lain yang turut andil dalam kematiannya. Mereka mengaku melakukan yang terbaik untuknya dan Kly meninggal karena sebab alamiah. Mereka juga menuduh bahwa otopsinya sembarangan.

Jenazah Kly diangkat lagi pada Februari 1985 untuk otopsi ulang. Sang dokter langsung mengetahui ada yang tidak beres. Pada bagian perut ada dua jahitan. Ketika melihat ke bagian dalam tubuh, lambung dan beberapa organ lain telah diganti dengan organ dari orang yang telah makan sebelum meninggal.

Pasangan Pestinikas menolak dugaan telah menukar organ-organ tubuh, sehingga masih beum jelas dari mana asal organ-organ sehat itu. Pasangan Pestinikas kedapatan bersalah pada Februari 1987 untuk pembunuhan tingkat tiga dan dakwaan lain. Keduanya diganjar 5 hingga 10 tahun penjara.

10. Skandal Tri-State Crematory

Pada 1996, ketika ayahnya sakit, Tommy Ray Brent Marsh berhenti kuliah untuk meneruskan bisnsi keluarga, yaitu sebuah krematorium di halaman belakang rumah keluarga di Noble, Georgia. Saat Marsh menjalankan Tri-State Crematory, ada ribuan jenazah dikirim ke sana untuk kremasi. Pada Oktober 2000, kantor sheriff menerima laporan pertama adanya sesuatu yang tidak biasa di krematorium.

Petugas gas memberitahu melihat beberapa jenazah bergelimpangan di properti Marsh, tapi kantor sheriff tidak pernah melakukan tindak lanjut. Sekitar 13 bulan kemudian, dinas perlindungan lingkungan, Environmental Protection Agency (EPA), mendapat petunjuk tak bernama tentang keberadaan jenazah di hutan sekitar properti milik Marsh. Mereka melakukan penyidikan tapi tidak menemukan apapun.

Pada 14 Februari 2002, polisi menerima panggilan tak bernama yang mengatakan bahwa, sewaktu sedang membawa anjing berjalan-jalan di hutan, beberapa orang menemukan tulang lengan manusia.

Hari berikutnya, polisi pergi ke krematorium dan langsung menemukan 49 jenazah yang harusnya sudah dilakukan kremasi, tapi belum dilakukan. Mereka memperluas pencarian dan menemukan 334 mayat bertebaran dalam dan di sekitar properti Marsh. Ada beberapa yang sudah tergeletak lebih dari 5 tahun.

Selain jumlah yang mencengangkan, cara penyimpanan jenazah juga keterlaluan. Ada yang masih berada dalam peti mati dan beberapa peti mati sekedar ditumpuk. Tapi banyak jenazah yang tidak berada dalam peti mati dan berserakan begitu saja.

Beberapa jenazah masih mengenakan gaun rumah sakit, lengkap dengan gelang rumah sakit. Jenazah bertebaran di hutan, disembunyikan dalam hampir semua bangunan dalam properti, dan ada beberapa yang dilemparkan ke dalam lubang-lubang di tanah.

Karena sudah ada yang tergeletak lebih dari 5 tahun, peluruhannya ada pada beberapa tingkatan. Misalnya, dalam garasi, polisi menemukan 4 peti mati dengan beberapa jenazah saling bertumpukan, lalu ada berapa jenazah bertebaran dengan cairan tubuh yang menetes ke tanah.

Mengenai alasan di belakang semua ini, pengacara Marsh mengatakan bahwa Marsh mengalami keracunan zat merkuri karena proses kremasi sehingga ia mengaku seakan tinggal di dalam kabut.

Menurut polisi, ia sangat tidak becus dalam pekerjaannya dan tidak pernah sungguh-sungguh ingin menjadi bagian bisnis keluarga. Marsh disangkakan 787 dakwaan, termasuk 179 dakwaan penistaan jenazah dan 439 dakwaan pencurian.

Pada Februari 2004, Marsh mengaku bersalah dan diganjar hukuman penjara selama 12 tahun. Pemerintah setempat dan negara bagian menghabiskan $10 juta ($12,7 juta nilai 2016, Rp 16,7 miliar) untuk pembersihan dan pemulihan jenazah. Secara keseluruhan, ada 133 jenazah yang tidak bisa dikenali.

Salam Serba Serbi Unik

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top